Penulis: Sulthon Sulaiman
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, ada satu amalan yang sering terlupakan, padahal ia adalah kunci rahmat, syafaat, dan cinta Allah serta Rasul-Nya. Amalan itu adalah sholawat.
Dalam sebuah pengajian kitab Al-Hikayah yang digelar di MTsN 4 Denanyar Jombang, Ahad (14/9/2025), Ustaz H. Moh Yazid mengingatkan kembali betapa dahsyatnya kekuatan sholawat. Kajian ini menjadi bagian dari program penguatan SDM guru di bidang keagamaan, yang diadakan setiap Ahad pagi saat siswa menjalani ekstrakurikuler.
Ayat yang Turun di Bulan Sya‘ban
Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab: 56:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
Ayat ini turun di bulan Sya‘ban. Itulah mengapa Rasulullah ﷺ sangat bersemangat berpuasa di bulan tersebut. Beliau bersabda: “Sya‘ban adalah bulanku.”
Tiga Makna Sholawat
Berdasarkan tafsir Imam Al-Qurthubi, sholawat memiliki tiga tingkatan:
- Dari Allah: Rahmat dan keridhaan-Nya.
- Dari Malaikat: Doa dan permohonan ampunan.
- Dari Umat: Doa dan pengagungan kepada Nabi.
وَالصَّلَاةُ مِنَ اللَّهِ رَحْمَتُهُ وَرِضْوَانُهُ، وَمِنَ الْمَلَائِكَةِ الدُّعَاءُ وَالِاسْتِغْفَارُ، وَمِنَ الْأُمَّةِ الدُّعَاءُ وَالتَّعْظِيمُ لِأَمْرِهِ
Sholawat: Amalan yang Pasti Diterima
Banyak amal yang mungkin tertolak karena kurang ikhlas atau tidak memenuhi syarat. Namun, tidak dengan sholawat.
Imam Al-Qurthubi menegaskan:
جَمِيعُ الْأَعْمَالِ مِنْهَا الْمَقْبُولُ وَالْمَرْدُودُ إِلَّا الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ فَإِنَّهَا مَقْطُوعٌ بِقَبُولِهَا إِكْرَامًا لَهُ
“Semua amal ada yang diterima dan ada yang ditolak, kecuali sholawat kepada Nabi ﷺ. Sesungguhnya sholawat itu pasti diterima sebagai bentuk pemuliaan kepada beliau.”
Syafaat: Janji Nabi yang Nyata
Rasulullah ﷺ bersabda:
شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَقٌّ، فَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِهَا لَمْ يَكُنْ مِنْ أَهْلِهَا
“Syafa‘atku di hari Kiamat adalah benar. Siapa yang tidak beriman kepadanya, maka ia tidak termasuk orang yang akan mendapatkannya.”
Percaya pada syafaat Nabi adalah kunci untuk meraihnya.
Kisah Nyata Dahsyatnya Sholawat
Kitab Al-Hikayah memuat dua kisah luar biasa:
- Pemuda dan Imam Sufyan As-Sauri
Seorang pemuda yang setiap langkahnya di tanah suci selalu diisi sholawat, hingga membuat Imam Sufyan terheran-heran. Ternyata, ayah pemuda itu meninggal dengan wajah menghitam, namun setelah diusap oleh Nabi dalam mimpinya, wajahnya kembali bersinar. Penyebabnya? Ayahnya rajin membaca sholawat. - Secarik Kertas Penyelamat di Akhirat
Seseorang yang digiring ke neraka tiba-tiba ditolong oleh Nabi yang berlari mengejar malaikat. Nabi mengeluarkan secarik kertas berisi sholawat yang pernah dibaca orang itu saat di dunia. Kertas itulah yang membuat timbangan amalnya menjadi berat dan menyelamatkannya.
Sholawat adalah Investasi Akhirat
Di era yang penuh distraksi ini, sholawat adalah amalan yang mudah dilakukan kapan saja: saat berkendara, menunggu antrean, atau sebelum tidur. Ia bukan sekadar ucapan, melainkan investasi akhirat yang Nabi simpan untuk kita.
Mari kita jadikan sholawat sebagai bagian dari gaya hidup muslim modern: sederhana dalam praktik, tetapi dahsyat dalam makna.
Salam sholawat!
Sulthon Sulaiman
Artikel ini terinspirasi dari pengajian kitab Al-Hikayah oleh Ustaz H. Moh Yazid di MTsN 4 Denanyar Jombang.
0 Comments