Ta’ziyah: Merawat Empati, Memperkuat Ukhuwah di Keluarga Besar MTsN 4 Denanyar

by | Sep 6, 2025 | Artikel Pendidikan | 0 comments

Oleh: Sulthon Sulaiman

Dalam kehidupan sebuah madrasah, ada momen-momen yang mengajarkan lebih dari sekadar rumus dan teori. Ada pelajaran hidup yang justru paling berharga, yang terjadi di luar dinding kelas. Salah satunya adalah tradisi ta’ziyah—mengunjungi dan menghibur keluarga yang sedang berduka.

Baru-baru ini, keluarga besar MTsN 4 Denanyar berduka. Salah satu orang tua dari siswa kami meninggal dunia. Sebagai bentuk belasungkawa, madrasah tidak hanya mengirimkan perwakilan guru, tetapi juga mengikutsertakan beberapa siswa yang merupakan teman satu kelas dari anak yang berduka.

Mengapa langkah ini penting? Karena ta’ziyah bukan sekadar kewajiban formal. Ia adalah investasi sosial dan moral yang menjadi fondasi karakter bangsa.

Ta’ziyah adalah Praktik Nyata Pelajaran Akhlak

Di kelas, anak-anak kita belajar tentang ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan birrul walidain (berbakti kepada orang tua). Teori itu menjadi hidup dan nyata ketika mereka diajak langsung praktik. Mereka menyaksikan sendiri betapa beratnya kehilangan orang tua. Mereka belajar menemukan kata-kata untuk menghibur, bukan dengan hafalan, tetapi dengan ketulusan hati.

Saat mereka duduk bersimpuh, menyampaikan salam dan doa, itulah proyek penguatan profil pelajar Pancasila yang paling otentik. Mereka mengamalkan nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan secara langsung.

Dampak yang Terlihat: Sebuah Rantai Kebaikan

Keikutsertaan siswa ini menciptakan dampak berantai yang positif:

  1. Bagi Keluarga yang Berduka: Rasa duka mereka tidak lagi sendirian. Kehadiran teman-teman sebaya anak mereka adalah penghiburan yang sangat dalam. Itu adalah bahasa solidaritas yang universal, yang mengatakan, “Kami di sini untukmu.”
  2. Bagi Siswa yang Diajak: Mereka mendapatkan pelajaran empati terbesar dalam hidup mereka. Mereka belajar tentang arti kehidupan, kehilangan, dan bagaimana menjadi manusia yang peduli. Kecerdasan Emosional (EQ) mereka terasah dengan cara yang tidak bisa digantikan oleh ceramah mana pun.
  3. Bagi Seluruh Komunitas Madrasah: Tindakan ini memperkuat citra madrasah sebagai keluarga besar yang hangat dan penuh perhatian. Orang tua siswa lain akan merasa aman dan yakin bahwa madrasah adalah tempat yang tidak hanya mencetak anak-anak pandai, tetapi juga berbudi pekerti luhur.
Membangun Ekosistem Peduli

Langkah ini sejalan dengan visi madrasah kami untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang holistik. Sehebat apa pun nilai akademis seorang anak, tanpa dibarengi dengan kepekaan sosial dan spiritual, maka pendidikannya belum lengkap.

Ta’ziyah dengan melibatkan siswa adalah salah satu cara kami “menghidupkan” nilai-nilai itu. Ia adalah kurikulum kehidupan yang sesungguhnya.

Penutup: Dari Denanyar untuk Peradaban

Kepada seluruh guru, orang tua, dan siswa yang terus mendukung terciptanya lingkungan yang penuh empati, saya ucapkan terima kasih. Tradisi baik seperti ini adalah warisan nilai yang jauh lebih berharga daripada sekadar angka di rapor.

Mari kita terus rawat tradisi ta’ziyah ini. Karena dari sanalah kita sedang membangun peradaban: peradaban yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berhati lembut dan penuh kepedulian.

Author

Artikel ini telah dibaca:

Written by Sulthon Sulaiman

Related Posts

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *