Semarak Kajian Tahassus di MTsN 4 Jombang: Belajar Thaharah dengan Santai dan Bermakna

by | Aug 31, 2025 | School News | 0 comments

MTsN 4 Jombang – Ahad pagi, 31 Agustus 2025, suasana Masjid Jami Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang terasa berbeda. Sebanyak 250 siswa laki-laki kelas IX MTsN 4 Jombang mengikuti kegiatan tahassus dengan penuh semangat. Kajian kali ini membahas tema penting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu thaharah (bersuci), melalui pembacaan kitab Attahdib fi-Adillati (matan ghoyah wa-al-taqrib) dan Fathul Qodir yang disampaikan oleh H. Moh. Yazid, M.Pd.I.

Dalam kajiannya, H. Yazid menjelaskan tata cara bersuci sesuai tuntunan syariat. Mengutip sabda Rasulullah SAW, beliau mengingatkan bahwa bekas wudhu akan bersinar di hari kiamat, sehingga setiap muslim dianjurkan untuk berwudhu dengan sempurna.

WhatsApp Image 2025 08 31 at 11.43.38 1

Suasana kajian semakin hidup ketika para siswa aktif bertanya. Salah satunya, sambil tersenyum, ada yang melontarkan pertanyaan unik, “Bagaimana cara berwudhu kalau tangannya ada empat?” sontak mengundang tawa ringan di majelis. Dengan tenang, H. Yazid menjawab, “Kalau tangannya empat, ya dibasuh semuanya.”

Kajian kemudian merambah pada topik penting lain, yakni pembagian air dalam fiqih Syafi’i yang menentukan status kesucian air untuk bersuci. H. Yazid menjelaskan perbedaan antara air sedikit dan air banyak, sesuai kaidah klasik fiqih:

الماء قليل وكثير: القليل مادون القلتين، والكثير قلتان فأكثر. القليل يتنجس بوقوع النجاسة فيه وإن لم يتغير. والماء الكثير لا يتنجس إلا إذا تغير طعمه أو لونه أو ريحه

“Air sedikit (kurang dari dua qullah) bisa menjadi najis hanya karena terkena najis, meskipun sifatnya tidak berubah. Sedangkan air banyak (dua qullah atau lebih) baru berubah status menjadi najis jika rasa, warna, atau baunya berubah.”

Menariknya, H. Yazid juga memaparkan secara ilmiah ukuran dua qullah, merujuk pada kitab Fathul Qadir fi ‘Ajaibil Maqadir karya KH Ma’shum Ali, ulama besar Jombang. Ukuran ini bahkan dijelaskan dengan detail menggunakan satuan panjang klasik (dziro’) dan bentuk bejana yang berbeda, baik persegi, tabung, maupun segitiga.

Selain itu, beliau menegaskan pentingnya memperhatikan cara yang benar dalam berwudlu misalnya berwudlu menggunakan air yang kurang dari 2 Qullah dengan cara mengeluarkan air dari bejana. Kemudian untuk kesempurnaan wudlu hendaknya dipenuhi hak-haknya basuhan seperti wajah dari telinga kanan ke kiri dan dari tempat tumbuhnya rambut sampai bawah dagu, serta membasuh tangan hingga siku secara merata.

Pertanyaan-pertanyaan unik kembali muncul, mulai dari bagaimana hukum wudhu jika seseorang memiliki tangan lebih dari dua, jika tangannya cacat, bahkan jika tangan sudah diamputasi. Semua dijawab dengan lugas dan sederhana, sesuai kaidah fiqih: membasuh bagian yang ada, sebatas kemampuan.

WhatsApp Image 2025 08 31 at 11.43.38

Kajian tahassus pagi itu ditutup dengan pesan mendalam: “Berwudlulah yang sempurna (isbaaghul wudhu), karena kesempurnaan wudhu dapat menghapus dosa, dan di akhirat nanti wajah, tangan, dan kaki kita akan bersinar sebagai tanda kemuliaan.”

Kegiatan ditutup dengan doa penutup majelis, meninggalkan kesan mendalam bagi para siswa. Selain memperdalam ilmu agama, momen ini juga mengajarkan betapa fiqih itu bukan hanya teori, tetapi hadir untuk memudahkan umat dalam setiap kondisi kehidupan.

By : Solomon

Author

Artikel ini telah dibaca:

Written by Sulthon Sulaiman

Related Posts

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *