Problem Based Learning: Wajah Baru Pembelajaran Abad 21 di MTsN 4 Jombang

by | Sep 24, 2025 | Blog | 0 comments

Di tengah derasnya arus perubahan zaman, pendidikan dituntut untuk terus berinovasi agar mampu melahirkan generasi yang siap menghadapi tantangan abad 21. Era digital, globalisasi, serta perkembangan teknologi yang begitu pesat menjadikan sekolah dan madrasah tidak cukup hanya mengajarkan pengetahuan semata. Lebih dari itu, siswa harus dibekali kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Inilah yang dikenal dengan 4C, inti dari keterampilan abad 21.

Di MTsN 4 Jombang, berbagai upaya terus dilakukan untuk menghadirkan proses belajar yang sesuai dengan tuntutan tersebut. Salah satu wujud nyatanya tampak pada pembelajaran Bahasa Arab di kelas VIII-A yang dipandu oleh Bapak Fitra Tamami pada Senin, 15 September 2025. Dengan mengangkat tema يَوْمٍيَّاتُنَا (Keseharian Kita), beliau menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) yang dipadukan dengan strategi diskusi, tanya jawab, dan ceramah.

Suasana kelas berubah menjadi sangat hidup. Siswa tidak lagi duduk pasif menunggu penjelasan guru, tetapi aktif berinteraksi, berdiskusi, dan mencoba mempraktikkan kosa kata Bahasa Arab dalam bentuk kalimat sehari-hari. Melalui media gambar, lagu, serta contoh ungkapan yang dekat dengan keseharian, mereka menghafal sekaligus menerapkan sepuluh kata tanya dalam bentuk kalimat tanya dan jawab.

Di sinilah letak esensi pembelajaran abad 21:

  • Berpusat pada siswa – siswa didorong menemukan, mencoba, dan menggunakan pengetahuan secara mandiri.
  • Kontekstual – materi dikaitkan dengan kehidupan nyata agar terasa relevan.
  • Kolaboratif – siswa berlatih bekerja sama, bertukar ide, dan saling memberi masukan.
  • Berbasis masalah – siswa menghadapi tantangan untuk dipecahkan, bukan sekadar menerima jawaban siap pakai.

Waktu dua jam pelajaran terasa begitu singkat, karena siswa larut dalam proses belajar yang menyenangkan. Bahkan ketika bel berbunyi, sebagian dari mereka masih ingin melanjutkan praktik berbahasa. Hal ini membuktikan bahwa ketika pembelajaran dikemas dengan tepat, belajar tidak lagi terasa sebagai kewajiban, melainkan kebutuhan dan kesenangan.

Lebih jauh, metode PBL melatih siswa untuk berpikir kritis (critical thinking) saat menyusun kalimat, kreatif (creativity) dalam merangkai kata, komunikatif (communication) dalam menyampaikan pesan, serta kolaboratif (collaboration) ketika berdiskusi. Keempat keterampilan inilah yang kelak akan menjadi bekal penting dalam menghadapi dunia nyata di masa depan.

Sebagai Kepala Madrasah, saya melihat kegiatan ini bukan hanya sekadar praktik mengajar, melainkan sebuah model inspiratif. Jika seluruh guru mampu mengemas pembelajaran dengan pendekatan serupa, maka madrasah kita akan benar-benar menjadi laboratorium kehidupan, tempat siswa belajar tidak hanya tentang ilmu, tetapi juga tentang keterampilan hidup yang sesungguhnya.

Harapan saya, inovasi seperti ini terus berkembang dan menjadi budaya di MTsN 4 Jombang. Kita ingin siswa bukan hanya cerdas secara akademis, tetapi juga adaptif, komunikatif, dan mampu menjadi problem solver di tengah masyarakat. Dengan begitu, madrasah kita akan melahirkan generasi santri modern yang siap menghadapi perubahan, tetapi tetap berakar kuat pada nilai keislaman dan kebangsaan.

Pembelajaran abad 21 bukan lagi wacana, tetapi nyata hadir di kelas-kelas kita. Dan apa yang dilakukan Bapak Fitra bersama siswa kelas VIII-A adalah salah satu bukti kecil namun bermakna, bahwa belajar bisa hidup, menyenangkan, dan penuh makna.

Oleh: Sulthon Sulaiman
Kepala MTsN 4 Jombang

Author

Artikel ini telah dibaca:

Written by

Related Posts

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *