Oleh: Sulthon Sulaiman – Kepala MTsN 4 Jombang
Sabtu, 20 September 2025 menjadi hari yang berbeda di MTsN 4 Jombang. Biasanya, acara closing ceremony pelatihan bahasa asing identik dengan presentasi formal, sambutan resmi, atau pembacaan karya tulis. Namun kali ini, panggung aula madrasah seketika berubah menjadi arena kolosal yang penuh warna, penuh tawa, sekaligus penuh makna.
Guru-guru MTsN 4 Jombang, yang sehari-hari dikenal serius mengajar di kelas, bertransformasi menjadi para aktor dan aktris yang membawakan kisah klasik dongeng Aesop: Anak Penggembala dan Serigala. Bedanya, seluruh narasi disampaikan dalam bahasa Arab oleh para peserta kelas pelatihan bahasa Arab.
Bayangkan saja, seekor “serigala” berwajah guru Fiqh & IPS, tujuh “domba” yang ternyata guru-guru IPA dan PAI, serta seorang “penggembala” yang lihai berdialog dengan logat Arab yang medok Jombangan. Kombinasi ini membuat penampilan terasa unik, epik, sekaligus mengundang gelak tawa penonton.
Ketika Dongeng Bertemu Bahasa Arab
Dongeng Aesop ini sederhana: seorang penggembala yang bosan menjaga domba, iseng berbohong ada serigala. Penduduk desa datang, ternyata palsu. Terulang lagi, dan akhirnya ketika serigala benar-benar datang, tidak ada yang menolong.
Nah, dibawakan dengan bahasa Arab, kisah ini justru menjadi panggung belajar sekaligus hiburan. Kalimat klasik seperti:
“الذئب! الذئب! ساعدوني!”
(Serigala! Serigala! Tolong aku!)
bergema di aula, membuat penonton ikut hanyut dalam cerita.
Yang biasanya kalimat Arab terasa formal dan kaku di buku pelajaran, kali ini justru cair, hidup, dan dekat dengan keseharian. Tawa penonton meledak ketika serigala yang terlalu bersemangat “menerkam” malah tersandung jubah, atau ketika domba-domba berteriak dengan nada Arab campur Jawa:
“لا نصدقك بعد الآن!”
(Kami tidak percaya lagi padamu!).
Unik, Lucu, tapi Sarat Makna
Penampilan ini bukan sekadar hiburan. Ada pesan kuat yang tersampaikan:
- Tentang Kejujuran – Seperti penggembala yang kehilangan kepercayaan, pelajaran ini relevan di dunia pendidikan. Guru dan murid sama-sama diajak untuk menjunjung tinggi nilai kejujuran.
- Tentang Bahasa – Dongeng ini membuktikan bahwa belajar bahasa asing, khususnya bahasa Arab, bisa dilakukan dengan cara menyenangkan. Bahasa tidak hanya ada di buku, tetapi juga bisa hidup di panggung seni.
- Tentang Kreativitas Guru – Siapa bilang guru hanya bisa mengajar dengan papan tulis dan spidol? Ternyata guru juga bisa jadi serigala yang kocak, domba yang imut, atau penggembala yang penuh ekspresi.
Dongeng Aesop, Cermin Kehidupan di Madrasah
Dalam kehidupan sehari-hari di madrasah, pesan dongeng ini sangat relevan. Jika kita sering bermain-main dengan kebenaran, maka suatu saat orang tidak lagi percaya pada kita. Bagi siswa, artinya jangan mencontek, jangan memberi alasan palsu. Bagi guru, artinya jangan asal janji “PR besok pasti saya koreksi” kalau ternyata tiga minggu kemudian belum juga selesai.
Di sisi lain, tampilnya guru-guru sebagai pemain justru memperlihatkan semangat bahwa belajar itu bisa santai, seru, dan penuh tawa. Itulah wajah pendidikan masa kini: serius tapi santai, ilmiah tapi kreatif, mendidik tapi tetap menghibur.
Penutup: Bahasa Arab yang Menghidupkan Cerita
Closing ceremony kali ini seolah berkata: belajar bahasa Arab bukan sekadar hafalan kosa kata atau tata bahasa. Bahasa Arab bisa menjadi alat untuk menyampaikan pesan moral, menyalurkan kreativitas, dan membangun kebersamaan.
Dongeng Aesop tentang penggembala, tujuh domba, dan serigala memang sudah tua usianya. Tapi dibawakan di panggung MTsN 4 Jombang dengan bahasa Arab, kisah ini terasa segar, aktual, dan penuh energi kekinian.
Dan tentu saja, pesan moralnya masih sama:
👉 Jangan suka berbohong, karena sekali kepercayaan hilang, sulit untuk kembali.
👉 Jangan bosan belajar bahasa asing, karena bisa jadi dari sanalah lahir kreativitas yang tak terduga.
Sungguh, sebuah penampilan yang tak hanya menghibur, tapi juga mengajarkan bahwa pendidikan bisa hadir dengan wajah yang jenaka, berwarna, dan penuh makna
0 Comments