Guru dan Karyawan MTsN 4 Denanyar Mengkaji Hadis ke-27 Kitab Majālis As-Sāniyah Karya Imam Nawawi
Denanyar, Jombang (12/10/2025) — Suasana ruang guru MTsN 4 Denanyar Jombang pagi ini terasa teduh dan sarat makna. Di tengah kesibukan kegiatan ekstrakurikuler siswa, para guru dan karyawan madrasah larut dalam majelis ilmu. Mereka mengikuti Pengajian Ahad Pagi Kitab Majālis As-Sāniyah karya Imam Nawawi — sebuah tradisi ilmiah yang terus dijaga di lingkungan MTsN 4 Denanyar.
Pengajian kali ini menghadirkan Dr. KH. Sholahuddin Fathurrohman (Gus Amang), salah satu pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, sebagai penyaji kitab.
Bertindak sebagai pengantar kegiatan, Bapak Sulthon Sulaiman, Kepala MTsN 4 Denanyar Jombang, menegaskan bahwa pengajian rutin ini bukan sekadar rutinitas, melainkan bentuk tazkiyatun nafs — penyucian hati bagi para pendidik.
“Guru bukan hanya penyampai ilmu, tetapi juga teladan akhlak. Maka yang menenangkan hati, itulah kebaikan sejati,” ungkap beliau dalam sambutannya.

Hadis ke-27: Tentang Kebaikan dan Keburukan
Pada kesempatan tersebut, Gus Amang membahas Hadis ke-27 dari Arba’in Nawawi yang juga tercantum dalam Majālis As-Sāniyah. Beliau membacakan teks Arab hadis secara utuh:
عَنْ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ:
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ.
وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ:
جِئْتَ تَسْأَلُ عَنِ الْبِرِّ؟
قُلْتُ: نَعَمْ.
قَالَ: اسْتَفْتِ قَلْبَكَ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ، وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ، وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ.
(رواه مسلم وأحمد والدارمي)
Terjemahan:
Dari An-Nawwās bin Sam‘ān radhiyallāhu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah sesuatu yang meresahkan hatimu dan engkau benci jika orang lain mengetahuinya.”
Dari Wābishah bin Ma‘bad radhiyallāhu ‘anhu berkata: Aku datang kepada Rasulullah ﷺ,
lalu beliau bersabda: “Engkau datang untuk menanyakan tentang kebaikan?”
Aku menjawab: “Ya.”
Beliau bersabda: “Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa yang menenteramkan jiwa dan menenangkan hati, sedangkan dosa adalah apa yang menggelisahkan jiwa dan membuat dada bimbang, sekalipun manusia memberi fatwa padamu.”
(HR. Muslim, Ahmad, dan Ad-Dārimī)

Makna dan Syarah: Ketenangan Hati sebagai Kompas Moral
Dalam penjelasan syarahnya, Gus Amang menyampaikan bahwa hadis ini adalah pedoman moral bagi setiap mukmin.
Kebaikan sejati, kata beliau, bukan sekadar banyaknya amal, tetapi akhlak dan keikhlasan di balik amal itu.
“Al-birru husnul khuluq — kebaikan sejati adalah akhlak yang baik. Ia mencakup kejujuran, keadilan, kesabaran, dan kasih sayang. Sementara dosa adalah segala hal yang membuat hati resah, meski secara lahiriah tampak benar,” tutur beliau.
Beliau mencontohkan, dalam kehidupan guru sering muncul dilema kecil: memberi nilai, menilai kehadiran, atau mengambil keputusan terhadap siswa.
“Jika hati tenang, itulah tanda birr (kebaikan). Tetapi bila hati gelisah atau bimbang, itu tanda itsm (dosa) yang harus dihindari,” jelasnya.
Imam Nawawi dalam Majālis As-Sāniyah menulis bahwa hati yang bersih adalah penunjuk arah bagi seorang mukmin.
Kalimat Nabi ﷺ “استفت قلبك — mintalah fatwa kepada hatimu” menjadi pesan agar manusia selalu peka terhadap suara nurani yang jujur dan bersih dari kepentingan duniawi.
Pengajian yang Gayeng dan Penuh Hikmah
Suasana pengajian berlangsung gayeng, khas pesantren. Sesekali tawa ringan muncul ketika Gus Amang menyisipkan kisah para ulama salaf tentang kejujuran dan kepekaan hati.
Para guru tampak antusias mencatat dan menyimak dengan khusyuk. Pengajian berakhir pada pukul 08.20 WIB dan ditutup dengan doa bersama agar ilmu yang dipelajari membawa keberkahan dalam tugas dan pengabdian.
“Semoga setiap langkah kita di madrasah berawal dari hati yang tenang dan berakhir dengan kebaikan yang diridhai Allah,” tutur Gus Amang di penghujung majelis.
Menjaga Tradisi, Merawat Hati
Pengajian Ahad pagi di MTsN 4 Denanyar merupakan wujud nyata upaya menjaga tradisi keilmuan pesantren di lingkungan madrasah negeri.
Melalui kitab klasik seperti Majālis As-Sāniyah, para guru tidak hanya memperdalam ilmu agama, tetapi juga menumbuhkan kesadaran moral dan spiritual dalam mendidik.
Dalam refleksinya, Kepala Madrasah, Bapak Sulthon Sulaiman, menegaskan bahwa kegiatan seperti ini akan terus menjadi bagian dari budaya madrasah.
“Ilmu yang tidak diiringi akhlak hanya melahirkan kepintaran tanpa kebijaksanaan. Karena itu, hati yang tenang adalah pangkal dari segala kebaikan.”
Penulis: solomon & Tim Humas MTsN 4 Denanyar Jombang
0 Comments