Pendidikan Karakter yang Menyentuh Hati: Saat Guru Mengubah Pelanggaran Menjadi Pelajaran Berharga

by | Oct 13, 2025 | School News | 0 comments

JOMBANG – Suasana khidmat upacara bendera di MTsN 4 Denanyar Jombang pada Senin, 13 Oktober 2025, menjadi ruang kelas yang sesungguhnya tentang arti disiplin dan tanggung jawab. Namun, di balik barisan rapi dan semangat menyala, terselip momen pembelajaran paling berharga justru datang dari beberapa peserta didik yang kedapatan tidak mengikuti aturan.

Beberapa siswa terlihat tidak mengenakan kopyah dan tidak bersepatu. Lebih dari itu, pengamatan guru selama upacara mencatat dua peserta didik yang menunjukkan sikap kurang hormat: membelakangi bendera, tidak memperhatikan amanat pembina upacara, dan bersikap tidak sempurna. Sebuah tantangan nyata dalam proses pembentukan karakter.

Namun, di MTsN 4 Denanyar Jombang, setiap tantangan dilihat sebagai peluang untuk mendidik. Bu Anik Muizah, S.Pd., guru yang bertugas piket pada hari itu, tidak langsung menghakimi. Dengan sikap tenang dan penuh kesabaran, beliau mendatangi para siswa tersebut. Konsep Pendidikan Ramah Anak yang dianut madrasah ini diterapkan dengan sempurna.

IMG 20251013 072959
Dialog, Bukan Vonis

Alih-alih memberikan hukuman di tempat, Bu Anik dengan sigap mengajak para siswa yang tidak tertib untuk berdialog. Mereka dibariskan terpisah, bukan untuk dipermalukan, tetapi untuk diberi ruang berefleksi. Setelah upacara usai, pembinaan segera dilakukan dengan pendekatan personal, satu per satu.

“Anak-anak, tahukah kalian mengapa sikap kalian selama upacara tadi tidak mencerminkan seorang santri?” buka Bu Anik dengan suara lembut namun tegas. Dialog pun berlangsung. Beliau menjelaskan makna di balik setiap gerakan dalam upacara, tentang hormat kepada perjuangan bangsa yang diwakili bendera, dan menghargai keberadaan semua orang yang hadir.

IMG 20251013 073017
Sanksi yang Mendidik, Memanusiakan, dan Memahami

Konsep reward and punishment di MTsN 4 Denanyar Jombang selalu bersifat edukatif dan bebas dari kekerasan fisik maupun verbal. Kepada para pelanggar, Bu Anik memberikan “Tugas” yang penuh makna:

  • Gerakan hormat bendera hingga sempurna, sebagai bentuk latihan menghargai simbol negara.
  • Membaca Pancasila dengan lantang, untuk mengingatkan kembali pada dasar dan jati diri bangsa.
  • Berbaris dengan sikap sempurna, sebagai wujud latihan kedisiplinan fisik dan mental.

Setiap gerakan dan bacaan itu dilakukan dengan pendampingan penuh, penuh telaten, dan yang terpenting, disertai penjelasan tentang “mengapa” hal itu harus dilakukan. Ini bukan sekadar hukuman, tetapi proses internalisasi nilai.

IMG 20251013 073720
Pendidikan Ramah Anak: Memahami di Balik Sikap

Aksi Bu Anik Muizah ini adalah cerminan nyata dari implementasi Pendidikan Ramah Anak di MTsN 4 Denanyar Jombang. Prinsipnya jelas: mendidik bukan dengan amarah dan intimidasi, tetapi dengan komunikasi, kasih sayang, dan keteladanan.

Pendekatan ini mengakui bahwa setiap perilaku anak, termasuk pelanggaran, memiliki latar belakang. Tugas guru adalah menggali akar masalahnya, bukan memotong “Gejala“nya dengan hukuman instan. Dengan dialog, guru memahami apakah ketidaktertiban itu berasal dari ketidaktahuan, kurangnya motivasi, atau masalah lain. Dari pemahaman itulah, solusi yang tepat sasaran dapat diberikan.

IMG 20251013 073201
Sebuah Mozaik dalam Lukisan Besar Pendidikan Karakter

Insiden ini bukanlah kegagalan, melainkan bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan karakter yang holistik dan berkelanjutan. Kehadiran guru seperti Bu Anik Muizah, dengan kesabaran dan komitmennya yang tak kenal lelah, adalah penjamin bahwa tidak ada satu pun peserta didik yang akan tertinggal dalam proses pembentukan karakter.

Di MTsN 4 Denanyar Jombang, disiplin dan tanggung jawab tidak dipaksakan, melainkan ditumbuhkan melalui pemahaman dan pembiasaan yang manusiawi. Hari itu, bagi beberapa siswa yang melakukan pelanggaran, mereka mungkin justru mendapat pelajaran paling berkesan: bahwa guru mereka tidak hanya menuntut kesempurnaan, tetapi juga mengulurkan tangan untuk membimbing mereka dari ketidaksempurnaan, menuju pertumbuhan yang lebih baik. Inilah wajah pendidikan yang sesungguhnya; pendidikan yang memanusiakan, menguatkan, dan menyentuh hati.

By : Solomon

Author

Artikel ini telah dibaca:

Written by Sulthon Sulaiman

Related Posts

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *