Selasa sore, 14 Oktober 2025, suasana Warung Kopi Madinah yang terletak sekitar 200 meter di selatan MTsN 4 Denanyar Jombang tampak lebih ramai dari biasanya. Aroma kopi yang khas bercampur dengan gelak tawa para guru dan tenaga kependidikan yang berkumpul dalam acara bertajuk “Ngopi Bareng Tanpa Asap” — sebuah inisiatif santai namun penuh makna untuk membahas bahaya merokok dan komitmen menuju madrasah bebas asap rokok.

Kegiatan ini diinisiasi langsung oleh Kepala MTsN 4 Denanyar Jombang, Bapak Sulthon Sulaiman, didampingi jajaran wakil kepala madrasah. Tidak ada meja rapat atau proyektor, yang ada hanyalah cangkir-cangkir kopi hangat, camilan ringan, dan iringan musik yang menambah suasana akrab. Di tengah suasana santai itulah, muncul diskusi mendalam seputar kebiasaan merokok dan peran guru sebagai teladan bagi peserta didik.
Dalam sambutan pengantarnya, Bapak Sulthon Sulaiman menegaskan bahwa acara ngopi kali ini bukan sekadar ngopi biasa, melainkan ruang refleksi bersama.
“Ngopi sore ini bukan forum saling menggurui, tapi ruang santai untuk berbagi pikiran dan perasaan tentang satu hal penting — gaya hidup sehat dan keteladanan di depan peserta didik,” ujarnya.
Bliau menambahkan, di balik kepulan asap rokok memang sering terselip kebersamaan dan cerita lama. Namun, di sisi lain, rokok membawa dampak serius — bagi kesehatan, bagi lingkungan, dan terutama bagi teladan yang ditampilkan di depan para siswa.
“Madrasah kita sedang berjuang menjadi zona bebas rokok. Bukan untuk membatasi kebebasan pribadi, tapi untuk menjaga marwah pendidikan dan citra madrasah di mata masyarakat. Kita ingin madrasah ini bersih bukan hanya dari sampah, tapi juga dari asap rokok,” lanjutnya.

Pesan itu disambut anggukan dan senyum oleh para guru yang hadir. Sesekali terdengar tawa kecil ketika lagu-lagu nostalgia mengalun dari pengeras suara warung kopi, menambah suasana hangat penuh kekeluargaan.
Namun, suasana santai itu sempat menjadi lebih serius ketika Pak Ruslan, guru Bahasa Inggris yang dikenal humoris sekaligus perokok berat, melontarkan pertanyaan yang cukup menggelitik:
“Kalau begitu, sampai mana batasan area yang dilarang merokok di MTsN 4 Jombang? Apakah masjid termasuk juga?”
Pertanyaan itu disambut oleh Pak Reno Junaedi, Wakil Kepala Madrasah bidang Kurikulum. Dengan nada tenang, beliau menjelaskan bahwa larangan merokok bukan hanya untuk memenuhi standar Sekolah Ramah Anak (SRA) atau program Adiwiyata semata.
“Lebih dari itu, tidak merokok adalah teladan terbaik untuk anak-anak kita. Dan terkait batasannya, ya jelas: semua area di mana siswa melakukan aktivitas belajar termasuk wilayah bebas rokok — termasuk masjid dan area pondok,” terang Pak Reno.
Penjelasan tersebut langsung disambut setuju oleh para peserta. Suasana diskusi menjadi semakin gayeng, penuh semangat dan keakraban. Di akhir obrolan, seluruh peserta bersepakat untuk tidak lagi merokok di seluruh area madrasah, baik di ruang guru, halaman, maupun masjid pondok. Kesepakatan itu akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan Pakta Integritas seluruh guru dan tenaga kependidikan sebagai wujud nyata komitmen bersama.
Sebagai penutup, acara dilanjutkan dengan sesi karaoke santai. Kepala madrasah, yang dikenal dekat dengan para guru, turut menyumbangkan lagu “Tatu” dari Didi Kempot. Suasana pun pecah dalam tawa dan tepuk tangan. Di antara alunan musik dan aroma kopi, ada satu hal yang tertinggal di hati semua peserta — tekad untuk menjadikan MTsN 4 Denanyar Jombang benar-benar bebas dari asap rokok.
Kegiatan “Ngopi Bareng Tanpa Asap” ini membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal sederhana: dari secangkir kopi, dari obrolan santai, dan dari niat baik untuk menjadi teladan. Karena sejatinya, pendidikan bukan hanya soal mengajar, tapi juga tentang memberi contoh terbaik bagi generasi yang sedang kita bentuk.
Solomon
0 Comments