MTsN 4 Jombang – Selasa, 9 September 2025. Suasana kelas VII I MTsN 4 Denanyar Jombang tampak berbeda pada Selasa pagi. Bukan hanya deretan buku dan catatan, melainkan gelas berisi air, garam, dan telur yang memenuhi meja para siswa. Di bawah bimbingan Bu Durrotun Nasichah, S.Pd., guru IPA, kelas tersebut disulap menjadi laboratorium mini yang sibuk. Anak-anak tampak serius, namun tetap ceria, saat didorong untuk menjadi “Peneliti Cilik”.
Kegiatan ini mengangkat tema “Menerapkan Metode Ilmiah Melalui Praktikum Sederhana: Telur Mengapung dan Tenggelam”. Melalui percobaan ini, siswa diajak untuk mengenal dan mempraktikkan langkah-langkah metode ilmiah secara langsung.

“Pembelajaran IPA bukan sekadar hafalan rumus, tetapi melatih rasa ingin tahu, berpikir kritis, dan keterampilan ilmiah. Dengan praktikum sederhana seperti ini, siswa bisa menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan ilmiah,” jelas Bu Durrotun.
Dalam kegiatan tersebut, siswa dibagi dalam kelompok kecil. Mereka diminta mengamati fenomena orang yang bisa mengapung di Laut Mati, lalu merumuskan masalah: “Mengapa telur bisa tenggelam di air biasa, tetapi mengapung di air garam?” Dari pertanyaan itu, lahirlah hipotesis, percobaan, pencatatan data, hingga kesimpulan yang disusun sendiri oleh siswa.

Hasilnya pun nyata. Saat telur dimasukkan ke dalam gelas berisi air biasa, ia tenggelam. Namun setelah garam dilarutkan dalam air, telur justru mengapung. Guru kemudian mengarahkan diskusi bahwa peristiwa ini terjadi karena massa jenis air garam lebih besar dibanding air biasa, sehingga mampu menahan telur tetap di permukaan.
Tidak hanya memahami konsep, siswa juga belajar bekerja sama, berani menyampaikan pendapat, hingga menuliskan laporan hasil percobaan. Kelas pun berubah menjadi ruang penuh aktivitas: ada yang menimbang garam, mengaduk air, mencatat data, hingga berdiskusi mencari jawaban.

“Anak-anak terlihat antusias, sibuk mondar-mandir tanpa merasa terbebani. Mereka seperti peneliti kecil yang menemukan ilmu lewat pengalaman nyata,” tambah Bu Durrotun.
Kegiatan ini menegaskan bahwa pembelajaran berbasis praktikum sederhana dengan model Inkuiri Terbimbing mampu menghadirkan suasana belajar yang hidup, interaktif, dan bermakna. Siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang metode ilmiah, tetapi juga menumbuhkan sikap kritis, rasa ingin tahu, dan keterampilan bekerja sama.
Dengan cara seperti ini, kelas IPA bukan lagi ruang yang membosankan, melainkan tempat tumbuhnya peneliti-peneliti cilik masa depan.
By : Solomon
0 Comments