Dari Secangkir Kopi Menuju Komitmen Bersama : Refleksi Seorang Kepala Madrasah tentang Gaya Hidup Sehat dan Keteladanan Guru

by | Oct 15, 2025 | Artikel Pendidikan | 0 comments

Oleh: Sulthon Sulaiman
(Kepala MTsN 4 Denanyar Jombang)

Ada pemandangan yang tidak biasa pada sebuah Selasa sore, 14 Oktober 2025, di Warung Kopi Madinah, tak jauh dari madrasah kami. Suasana riuh rendah tawa dan obrolan hangat menggantikan kesunyian sore yang biasa. Inilah momen di mana kami, para guru dan tenaga kependidikan MTsN 4 Denanyar Jombang, duduk bersama dalam acara “Ngopi Bareng Tanpa Asap”. Bukan di ruang rapat ber-AC dengan meja panjang dan proyektor, tapi di tengah keakraban warung kopi, dengan cangkir kopi hangat di tangan dan camilan sederhana sebagai teman.

Sebagai seorang kepala madrasah, saya percaya bahwa terkadang, perubahan besar justru harus dimulai dari ruang-ruang yang humanis, dari hati ke hati, bukan sekadar dari aturan dan instruksi.

Ngobrol Santai, Membongkar Budaya “Tua”

Dalam sambutan pembuka, saya menegaskan bahwa forum ini bukan untuk saling menggurui. Ini adalah ruang refleksi bersama. Kita semua sadar, di balik kepulan asap rokok, seringkali terselip cerita kebersamaan dan keakraban yang sudah mengakar lama. Namun, di era di gaya hidup sehat menjadi sebuah keniscayaan, kita harus berani mempertanyakan ulang kebiasaan-kebiasaan “tua” ini.

“Madrasah kita sedang berjuang menjadi zona bebas rokok. Bukan untuk membatasi kebebasan pribadi, tapi untuk menjaga marwah pendidikan dan citra madrasah di mata masyarakat. Kita ingin madrasah ini bersih bukan hanya dari sampah, tapi juga dari asap rokok.”

Pesan itu saya sampaikan dengan hati. Sebagai pendidik, kita adalah “Public Figure” bagi peserta didik. Setiap detik, gerak-gerik kita diawasi dan—sadar tidak sadar—ditiru. Apa jadinya jika di benak mereka tertanam gambaran bahwa guru yang hebat adalah mereka yang mampu menguasai kelas sambil menyelipkan sebatang rokok di sela jari?

8baf729b 730a 41f2 aa9d 182d36b01e4d
Keteladanan: Kurikulum yang Tak Tertulis

Diskusi menjadi semakin hidup ketika Pak Ruslan, guru Bahasa Inggris kami yang humoris, melontarkan pertanyaan kritis tentang batasan area larangan merokok, termasuk masjid. Pertanyaan ini bagai menyentuh jantung persoalan.

Pak Reno Junaedi, Wakil Kepala Madrasah bidang Kurikulum, dengan lugas menjawab,

“Lebih dari sekadar memenuhi standar Sekolah Ramah Anak atau Adiwiyata, tidak merokok adalah teladan terbaik untuk anak-anak kita. Dan batasannya jelas: semua area di mana siswa melakukan aktivitas belajar—termasuk masjid dan area pondok—adalah wilayah bebas rokok.”

Jawaban ini menyadarkan kita semua. Larangan merokok bukanlah tentang mengekang, melainkan tentang membangun ekosistem pendidikan yang sehat secara holistik. Madrasah adalah “Zonasi” tempat nilai-nilai kehidupan ditanamkan, dan asap rokok tidak memiliki tempat di dalamnya. Jika masjid—tempat ibadah dan menuntut ilmu—kita biarkan terkontaminasi asap rokok, lantas di mana lagi siswa akan belajar tentang makna menghargai tubuh dan lingkungan sebagai anugerah?

Komitmen di Atas Cangkir Kopi: Sebuah Pakta Integritas

Yang paling membanggakan dari obrolan santai sore itu adalah lahirnya komitmen kolektif. Semua guru dan tenaga kependidikan yang hadir bersepakat untuk tidak lagi merokok di seluruh area madrasah. Kesepakatan ini bukan lagi wacana, tapi akan kita buat nyata dengan penandatanganan Pakta Integritas. Ini adalah janji kita bersama pada diri sendiri, pada profesi, dan terutama pada masa depan anak-anak didik kita.

Sebagai penutup, suasana kembali cair dengan sesi karaoke. Saya pun turut menyanyikan lagu “Tatu”-nya Didi Kempot, memecahkan tawa dan tepuk tangan riuh. Di balik gelak tawa dan alunan musik, ada sebuah energi baru yang terasa: semangat untuk berubah.

7100e90c 5bbc 4e78 aa24 952fd42b5ac9
Penutup: Merajut Perubahan, Satu Cangkir pada Satu Waktu

“Ngopi Bareng Tanpa Asap” ini adalah sebuah permulaan. Ia membuktikan bahwa gerakan menuju gaya hidup sehat tidak harus dimulai dengan kampanye yang kaku dan formal. Ia bisa dimulai dari hal sederhana: dari secangkir kopi, dari obrolan santai penuh empati, dan dari niat tulus untuk menjadi teladan yang lebih baik.

Kepada seluruh guru dan tenaga kependidikan MTsN 4 Denanyar Jombang, terima kasih atas komitmennya. Kepada masyarakat dan orang tua, kami undang untuk bersama-sama mendukung gerakan ini.

Karena pada akhirnya, pendidikan yang hakiki bukan hanya tentang apa yang kita ajarkan, tetapi lebih tentang siapa diri kita di hadapan mereka. Mari kita wariskan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga sehat jasmani dan berakhlak mulia.

Mari kita wujudkan MTsN 4 Denanyar Jombang yang benar-benar Bebas Asap Rokok. Dimulai dari kita, dimulai dari sekarang.

Author

Artikel ini telah dibaca:

Written by

Related Posts

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *