Guru-Guru MTsN 4 Denanyar Perdalam Makna Sedekah dan Kepekaan Hati dalam Ngaji Kitab Mingguan

by , | Sep 8, 2025 | School News | 0 comments

MTsN 4 Jombang – Minggu, 7 september. Suasana khidmat dan penuh hikmah menyelimuti ruang guru MTsN 4 Denanyar pada Minggu pagi, 7 September 2025. Agenda mingguan ngaji kitab “Majalisus Tsaniyah” kembali digelar, menghadirkan pemateri yang mumpuni di bidangnya, KH. Ali Khidzir, Pengasuh Asrama an-Najah Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang. Pada pertemuan kali ini, Gus Khidzir mengupas tuntas Hadis ke-26 dan ke-27 yang sarat dengan pelajaran hidup.

ef68e3f3 8ee0 477c ad04 83dcba6f073f
Awali dengan Tawasul: Membuka Pintu Ilmu

Sebelum masuk ke inti kajian, Gus Khidzir menekankan pentingnya membuka setiap pengajian dengan tawasul. “Jika ngaji kitab apapun, jangan lupa di awali dengan tawasul. Tawasul kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kepada musonnif (pengarang kitab), dan ditambah kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah, karena Ali adalah pintunya ilmu dari Nabi,” pesan beliau.

Pentingnya tawasul kepada Sayyidina Ali ini dijelaskan Gus Khidzir melalui pengalaman pribadi yang mendalam. Beliau bercerita tentang suatu ketika ketika seorang santri bertanya: “Kenapa dalam sholat, rukuk hanya sekali sedangkan sujud dua kali?”

“Pertanyaan ini membuat saya cukup lama merenung dan mencari jawaban yang tepat,” ujar Gus Khidzir. “Saat terus kepikiran, saya pun bertawasul kepada Sayyidina Ali sampai akhirnya tertidur. Dalam mimpi, saya didatangi seseorang yang justru balik bertanya kepada saya tentang pertanyaan itu, dan langsung dijawabnya dengan menyitir Surat Taha Ayat 55.”

5627f14c 207a 4c4b a108 c2d8ace9628d

Gus Khidzir kemudian membacakan dan menjelaskan ayat tersebut:

مِنْهَا خَلَقْنٰكُمْ وَفِيْهَا نُعِيْدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَا رَةً اُخْرٰى

“Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.” (QS. Ta-Ha 20: 55)

“Saya terbangun dan mendapati jawaban yang luar biasa ini,” Gus Khidzir bersemangat. “Sujud yang menyentuh tanah (lantai) mengingatkan kita bahwa kita diciptakan Allah dari tanah dan akan kembali ke tanah. Kelak di hari kebangkitan, kita akan dibangkitkan kembali dari tanah. Sujud dua kali adalah pengingat akan siklus penciptaan kita yang dua kali; dari tanah dan nanti dibangkitkan kembali.”

3a14a03a 6fd1 4d5e 820f dbe3fec48945
Hadis ke-26: Sedekah yang Menyeluruh sebagai Wujud Syukur

Gus Khidzir kemudian membacakan Hadis ke-26 yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ سُلَامَى مِنْ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ يَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى الصَّلَاةِ صَدَقَةٌ وَيُمِيطُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ

“Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya setiap hari tatkala matahari terbit. Mendamaikan dengan adil antara dua orang adalah sedekah. Membantu orang untuk menaiki kendaraannya atau menaikkan kekayaannya ke atasnya adalah sedekah. Berkata-kata yang baik adalah sedekah. Setiap langkah yang diayunkan menuju shalat adalah sedekah. Menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.'”

Beliau juga mengutip riwayat Imam Muslim:

خُلِقَ الْإِنْسَانُ عَلَى سِتِّينَ وَثَلَاثِمِائَةِ مَفْصِلٍ فَفِي كُلِّ مَفْصِلٍ صَدَقَةٌ

“Manusia diciptakan atas 360 ruas (sendi), setiap ruas diwajibkan sedekah.”

Gus Khidzir menjelaskan bahwa “wajib” dalam konteks ini bermakna disunnahkan dan dianjurkan (shodaqotu nadbin watarghiibin) sebagai bentuk syukur atas nikmat kesehatan. Sedekah tidak terbatas pada harta, tetapi mencakup perbuatan baik seperti mendamaikan perselisihan, menolong orang, berkata baik, berdzikir, langkah ke masjid, dan menyingkirkan rintangan di jalan. Untuk memenuhi 360 sedekah per hari, beliau menganjurkan untuk memperbanyak bacaan tasbih.

2e204fca 382e 4e8c 8b4c 5d997786aecb artguru
Hadis ke-27: Kebajikan dan Dosa ada dalam Hati

Materi dilanjutkan dengan Hadis ke-27 dari An Nawwas bin Sim’an:

عَنْ النَّوَّاسِ بْنِ سِمْعَانَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

“Dari An Nawwas bin Sim’an Al Anshari, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang kebajikan dan dosa. Lalu Beliau bersabda: ‘Kebajikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa-apa yang meresahkan dadamu, dan kamu benci jika itu diketahui oleh manusia.'”

Gus Khidzir menjelaskan bahwa hati nurani yang tenang menjadi indikator kebajikan, sedangkan kegelisahan hati menjadi alarm alami untuk meninggalkan dosa.

Interaktif: Guru-Guru Aktif Bertanya

Sesi tanya jawab berlangsung hidup. Pak Imam Rofi’i, Guru Fiqih, bertanya tentang makna “hati midar-mider”. Gus Khidzir menjawab, “Itu adalah hati yang ragu-ragu, was-was, dan khawatir. Hati yang tidak mantap dalam menentukan suatu sikap.”

Pak Yazid, Guru Qur’an Hadis, bertanya tentang posisi meminta fatwa pada hati dan kaitannya dengan sholat Istikhoroh. Gus Khidzir menjawab, “Meminta fatwa pada hati itu boleh dalam kondisi hati yang salih, tidak berlaku untuk hati yang mengandung maksiat. Sholat Istikhoroh tetap diperlukan, namun sebaiknya minta tolong pada orang alim yang netral untuk membantu sholat istikhoroh atas hajat kita.”

Kegiatan yang diikuti oleh segenap guru dan tenaga kependidikan ini berlangsung khidmat dan interaktif. Para peserta tidak hanya menyimak tetapi juga merefleksikan makna kedua hadis tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari sebagai pendidik.

Dengan dihidupkannya kembali tradisi ngaji kitab ini, MTsN 4 Denanyar tidak hanya berinvestasi pada peningkatan kompetensi akademik pendidiknya, tetapi lebih utama lagi pada pembentukan karakter dan ketajaman spiritual mereka. Kajian yang mendalam tentang makna sedekah, kepekaan hati, dan pembukaan ilmu melalui tawasul ini menunjukkan komitmen madrasah untuk melahirkan generasi guru yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mulia secara moral dan spiritual.

By : Solomon/M.YZD

Authors

Artikel ini telah dibaca:

Written by Sulthon Sulaiman

Related Posts

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *