Tiga Kunci Utama Kuasai Bahasa Arab: Usulan Bermakna dari Seorang Guru di MTsN 4 Jombang

by , | Sep 3, 2025 | Artikel Pendidikan | 0 comments

Dalam dunia pendidikan, terutama dalam mempelajari bahasa asing, teori seringkali tidak cukup. Praktik dan lingkungan adalah penentu kesuksesan. Hal inilah yang mengemuka dalam pelatihan pengembangan bahasa Arab dan Inggris yang diselenggarakan oleh MTsN 4 Jombang bersama Egypt.

Pada sesi tanya jawab, seorang guru Qurdis, Bapak H. Moh. Yazid, menyampaikan sebuah pendapat yang sangat bernas dan praktis. Beliau tidak hanya mengkritisi, tetapi juga menawarkan solusi konkrit. Menurutnya, untuk mencapai kemampuan al-takallum bi al-lughoti al-‘Arabiyah jayyidan (berbicara dalam bahasa Arab dengan baik), setidaknya dibutuhkan tiga pilar utama.

Awwalan (Pertama): Partner untuk Berkomunikasi

Pilar pertama adalah memiliki mitra atau partner untuk berlatih. Bapak Yazid menyebutnya, “Nahtaaju ila al-muwassolah baina al-itsnaini” (Kita membutuhkan komunikasi antara dua orang atau lebih).

Maknanya: Bahasa pada dasarnya adalah alat komunikasi. Ia akan hidup dan berkembang hanya ketika digunakan untuk berinteraksi. Kemampuan teori tata bahasa dan hafalan kosa kata yang banyak akan sia-sia jika tidak pernah disalurkan dalam percakapan nyata. Memiliki partner layaknya memiliki ‘lapangan’ untuk mempraktikkan segala ‘ilmu’ yang telah dipelajari di ‘kelas’.

Tsaaniyan (Kedua): Ketekunan dan Proses Bertahap

Pilar kedua adalah ketekunan untuk terus mencoba, sedikit demi sedikit. Istilah yang digunakan adalah “Istimrar ‘ala takallumi mahlan-mahlan/suwayya-suwayya” (Kontinuitas dalam berbicara secara perlahan-lahan dan bertahap).

Maknanya: Menguasai bahasa adalah sebuah perjalanan, bukan lari sprint. Kecakapan tidak datang secara instan. Kesalahan dalam pengucapan atau tata bahasa adalah hal yang wajar. Yang terpenting adalah memiliki semangat untuk terus mencoba tanpa malu, dimulai dari kalimat-kalimat sederhana. Konsistensi inilah yang perlahan akan membangun rasa percaya diri dan kefasihan.

Tsaalitsan (Ketiga): Lingkungan yang Mendukung

Pilar ketiga, dan ini yang paling menantang, adalah menciptakan lingkungan berbahasa. Bapak Yazid menekankan, “Nahtaaju ila al-Bii’ah, allati fiihaa natakallam bi al-lughoti al-‘arabiyati” (Kita membutuhkan lingkungan dimana di dalamnya kita berbicara dengan bahasa Arab).

Maknanya: Lingkungan adalah guru yang paling efektif. Ketika bahasa Arab tidak hanya digunakan di kelas, tetapi juga oleh ustadz, pegawai, siswa, dan seluruh warga madrasah dalam interaksi sehari-hari, maka pembelajaran terjadi secara alami dan tanpa disadari. Lingkungan memaksa kita untuk beradaptasi dan mengingat, menjadikan bahasa sebagai bagian dari kehidupan, bukan sekadar mata pelajaran.

Dukungan Konkrit: Buku Saku Percakapan

Sebagai alat pendukung ketiga pilar tersebut, Bapak Yazid mengusulkan dibuatnya “kitaabu al-jaiby” (buku saku) yang berisi hiwar (percakapan) sederhana seputar aktivitas di madrasah. Buku saku ini akan menjadi panduan praktis bagi siapa saja untuk memulai percakapan, mengurangi kebingungan, dan menyediakan materi yang langsung applicable.

Sambutan dan Konfirmasi dari Praktisi

Usulan yang brilian ini langsung disambut baik oleh tutor pelatihan, Ustadz Athar dan Ustadzah Afifah. Mereka membenarkan betapa pentingnya lingkungan, dan membagikan pengalaman nyata selama belajar di Pondok Modern Gontor.

Di Gontor, para siswa diwajibkan untuk menghafal mufrodat (kosa kata) dan menerapkannya langsung dalam percakapan sehari-hari. Yang lebih menarik, ada petugas khusus yang mengawasi. Jika ada siswa yang kedapatan tidak menggunakan bahasa Arab (atau Inggris), mereka akan mendapatkan ta’zir (sanksi edukatif), salah satunya adalah digundul. Metode ini, meskipun terkesan disiplin ketat, terbukti efektif menciptakan bi’ah lughowiyah (lingkungan bahasa) yang intens dan menghasilkan lulusan yang fasih.

Merespon usulan buku saku, kedua tutor dengan antusias menyatakan kesediaannya untuk mengirimkan file contoh yang dapat dikembangkan oleh madrasah.

Penutup: Refleksi Bersama

Pemaparan Bapak H. Moh. Yazid bukan sekadar usulan, tetapi sebuah blueprint (cetak biru) sederhana yang sangat mungkin untuk diterapkan. Beliau mengingatkan kita bahwa suksesnya pembelajaran bahasa tidak hanya bergantung pada kurikulum yang bagus, tetapi pada komitmen untuk mempraktikkan, konsistensi dalam proses, dan keberanian menciptakan ekosistem yang mendukung.

Ketiga pilar ini saling terkait. Partner bicara akan efektif jika ada ketekunan, dan keduanya akan berkembang optimal dalam lingkungan yang mendukung. Dengan semangat gotong-royang seluruh warga madrasah, mimpi untuk menjadikan MTsN 4 Jombang sebagai lingkungan yang kaya bahasa bukanlah hal yang mustahil. Mari kita wujudkan bersama, mahlan mahlan, sedikit demi sedikit.

Authors

Artikel ini telah dibaca:

Written by Muhamad Musonifin

Related Posts

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *