Sulthon Sulaiman
JOMBANG – Hey, Sobat MatsaFour! Setiap pagi di madrasah kita tercinta, ada sebuah ritual sunnah yang bukan sekadar gerakan dan bacaan. Ia adalah Sholat Dhuha—momen singkat yang punya dampak besar. Bukan cuma untuk pahala, tapi juga untuk membentuk karakter kita sebagai pelajar.
Apa sih istimewanya sholat yang sering disebut sholat para pencari rezeki ini? Let’s dive deeper!
Bukan Sekadar Gerakan, Tapi Filosofi Kehidupan
Bayangkan ini: di tengah hiruk-pikuk persiapan ulangan atau tugas kelompok, bel berbunyi menandakan waktu Dhuha. Kita berhenti sejenak, berwudhu, dan melangkah ke masjid. Itu bukan jeda, tapi reset.
Sholat Dhuha mengajarkan kita untuk mengatur waktu (time management). Ia memaksa kita untuk berhenti dari kesibukan duniawi dan mengingat yang Ilahi. Ini melatih disiplin dan prioritisasi—skill yang bakal sangat berguna buat masa depan, baik di dunia kerja maupun kehidupan.
“Baterai Spiritual” di Tengah Aktivitas
Seperti kata Kepala Madrasah kita, Bapak DR. Sulthon Sulaiman, dalam amanat upacara, Sholat Dhuha adalah investasi untuk mengisi ‘baterai’ spiritual.
Bayangkan ponsel kita. Kalau baterainya 10%, pasti kita panik cari charger. Nah, jiwa dan pikiran kita juga begitu. Setelah dijejali pelajaran Matematika, Sains, atau menghafal ayat, ‘baterai’ kita bisa drop. Sholat Dhuha adalah charger-nya. Dua sampai empat rakaat itu cukup untuk mengisi ulang semangat, mengusir rasa malas, dan memohon kelancaran dalam menuntut ilmu.
Melatih Rasa Syukur dan Positive Vibes
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap persendian kita (yang berjumlah 360!) butuh disedekahi setiap paginya. Gerakan sholat Dhuha itulah sedekahnya.
Ini artinya, Sholat Dhuha adalah latihan bersyukur. Bersyukur atas tubuh yang masih bisa bergerak, atas napas, atas kesempatan belajar di MTsN 4 Jombang yang nyaman. Kebiasaan bersyukur ini bikin hati jadi lebih lapang, mengurangi keluh kesah, dan menebarkan positive vibes ke sekitar. No more jadi pribadi yang mudah mengeluh!
Membangun Koneksi dan Kebersamaan (Ukhuwah)
Nah, ini yang lagi digalakkan di madrasah kita: Sholat Dhuha berjamaah per kelas.
Ini bukan sekadar jadwal, tapi cara untuk memperkuat ikatan (bonding) dengan teman sekelas. Sholat bersama, berdoa bersama untuk kebaikan. Aktivitas ini menumbuhkan rasa kebersamaan, tanggung jawab, dan saling mengingatkan dalam kebaikan (amar ma’ruf nahi munkar). Karakter kolaboratif dan peduli sesama ini adalah beban penting di abad 21.
Hormati Ilmu, Dimulai dengan Menghormati Sang Pemberi Ilmu
Karakter utama pelajar adalah menghormati ilmu. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan mendekatkan diri kepada Sang Pemilik Ilmu, Allah SWT.
Dengan rutin melaksanakan Sholat Dhuha, kita menunjukkan komitmen untuk mencari ridha-Nya dalam setiap langkah, termasuk dalam belajar. Ini adalah bentuk penghormatan tertinggi. Ilmu yang dipelajari dengan niat ibadah dan dilandasi spiritualitas yang kuat akan terasa lebih bermakna dan—insya Allah—lebih berkah.
Kesimpulan: Dhuha Isn’t Just a Prayer, It’s a Lifestyle
Jadi, Sobat MTsN 4 Jombang, Sholat Dhuha itu lebih dari sekadar ritual. Ia adalah lifestyle, gaya hidup pelajar muslim yang tangguh, disiplin, penuh syukur, dan berjiwa kolaboratif.
Mari kita ramaikan masjid setiap waktu Dhuha tiba. Isi ‘baterai’ spiritual kita, jaga kebersamaan, dan raih keberkahan ilmu bersama.
Yuk, jadi generasi yang tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga kuat secara spiritual!
0 Comments