Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) mungkin sudah sering kita dengar. AI hadir dalam bentuk karya video, gambar, animasi, maupun aplikasi yang kita gunakan sehari-hari. Namun, tahukah kamu bahwa AI bukanlah hal baru?

Sejak tahun 1950, seorang ilmuwan bernama Alan Turing mengajukan pertanyaan penting: “Bisakah mesin berpikir?” Dari sinilah lahir Turing Test, sebuah cara untuk menguji apakah mesin bisa meniru cara berpikir manusia. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1956, istilah Artificial Intelligence resmi diperkenalkan oleh John McCarthy dalam sebuah konferensi di Dartmouth. Peristiwa ini sering disebut sebagai titik lahirnya AI.

Perkembangan AI tidak selalu berjalan mulus. Pada tahun 1960–1970-an, para ilmuwan mencoba menciptakan program untuk memecahkan soal matematika dan bermain catur. Namun, karena keterbatasan teknologi, kemajuan AI sempat melambat dalam periode yang dikenal sebagai AI Winter.

Lompatan besar terjadi pada tahun 1997 ketika komputer super milik IBM bernama Deep Blue berhasil mengalahkan juara dunia catur Garry Kasparov. Sejak saat itu, dunia mulai percaya bahwa AI benar-benar punya potensi besar. Memasuki era 2010-an hingga sekarang, AI berkembang pesat berkat teknologi machine learning dan deep learning. Kini, kita bisa melihat AI di sekitar kita: Google Translate, Siri, rekomendasi video YouTube, mobil tanpa sopir, hingga ChatGPT yang bisa diajak ngobrol.

Manfaat AI di Pendidikan Dasar dan Contoh Nyata

Di dunia pendidikan, AI mulai banyak digunakan untuk membantu siswa dan guru. Berikut adalah beberapa manfaat AI yang nyata dirasakan di sekolah:

1. Pembelajaran yang Dipersonalisasi

AI bisa menyesuaikan materi sesuai kemampuan setiap siswa. Jika ada yang cepat memahami pelajaran, AI akan memberikan soal lebih menantang. Sebaliknya, jika ada yang masih kesulitan, AI akan menampilkan soal yang lebih mudah.
Contoh nyata: Khan Academy menggunakan algoritma AI untuk memberikan rekomendasi materi sesuai kemampuan siswa.

2. Feedback Cepat dan Akurat

AI memungkinkan siswa langsung mengetahui jawaban benar atau salah dari tugas yang dikerjakan. Dengan begitu, siswa lebih cepat memperbaiki kesalahan dan memahami materi.
Contoh nyata: Google Socratic atau Quillionz memberikan penjelasan instan ketika siswa mengajukan soal atau pertanyaan.

3. Belajar Lebih Interaktif dan Menyenangkan

AI membuat pembelajaran tidak membosankan dengan menghadirkan game edukasi, kuis, dan simulasi. Belajar pun terasa seperti bermain.
Contoh nyata: Duolingo, aplikasi belajar bahasa berbasis AI, menyajikan level, hadiah, dan tantangan seru.

4. Membantu Guru dalam Evaluasi

AI bisa menganalisis hasil belajar siswa dan membuat laporan perkembangan secara otomatis. Hal ini memudahkan guru untuk mengetahui siapa yang perlu mendapat perhatian lebih.
Contoh nyata: DreamBox Learning membantu guru di Amerika melacak perkembangan matematika siswa dengan detail.

5. Mendukung Siswa Berkebutuhan Khusus

AI juga membantu siswa yang punya hambatan belajar. Misalnya, ada fitur yang bisa membacakan teks atau mengubah suara menjadi tulisan.
Contoh nyata: Microsoft Immersive Reader mendukung anak-anak dengan disleksia agar lebih mudah memahami bacaan.

AI bukanlah pengganti guru, melainkan asisten pintar yang membantu guru dan siswa agar proses belajar lebih efektif, inklusif, dan menyenangkan. Dengan pemanfaatan AI, siswa belajar sesuai kebutuhan, guru lebih terbantu dalam mengajar, dan suasana kelas menjadi lebih hidup.

Artinya, AI bukan hanya teknologi canggih, tetapi juga sahabat baru dunia pendidikan. Pertanyaannya sekarang, siapkah kita sebagai pelajar dan pendidik untuk memanfaatkan AI dengan bijak?

Referensi:

• Journal STAI Hubbul Wathan – Pemanfaatan AI dalam Dunia Pendidikan
• Bio Conferences – Artificial Intelligence and Feedback Systems in Education
• The Times of India – How AI is Changing Classrooms
• Khan Academy Official Website – https://www.khanacademy.org
• Duolingo Official Website – https://www.duolingo.com
• Microsoft Immersive Reader – https://www.microsoft.com

By : F@r