Oleh: Sulthon Sulaiman
(Kepala MTsN 4 Denanyar Jombang)
Bulan Oktober 2025 menjadi saksi sebuah transformasi menarik di Jombang. Kota santri ini tiba-tiba diselimuti nuansa yang berbeda. Dari kantor pemerintahan hingga lembaga pendidikan, semuanya bersatu dalam satu identitas: bersarung, berkopiah, dan berbusana muslimah. Ini bukan festival budaya biasa, melainkan sebuah gerakan kolektif menyambut Hari Santri Nasional yang beririsan dengan Hari Jadi ke-115 Pemerintah Kabupaten Jombang.
Di MTsN 4 Denanyar, perubahan ini terasa begitu organik. Sejak 14 Oktober, para guru dan tenaga kependidikan kompak mengenakan sarung dan kopiah hitam. Pemandangan yang mungkin biasa di pesantren, tapi memiliki makna khusus ketika terjadi di lingkungan madrasah formal. Suasana pembelajaran berubah menjadi lebih khidmat, seolah setiap jengkal ruang kelas kami berubah menjadi majelis ilmu yang penuh barakah.
Lebih dari Sekadar Seragam
Sebagai kepala madrasah yang besar di lingkungan pesantren, saya memaknai momentum ini secara mendalam. Bersarung bukan sekadar mematuhi surat edaran bupati, melainkan sebuah pernyataan identitas. Di balik selembar kain sarung tersimpan filosofi kesederhanaan, ketawadhuan, dan kedekatan dengan nilai-nilai ilahiyah.
“Bersarung bukan sekadar soal seragam, tapi simbol jati diri dan kebanggaan kita sebagai insan madrasah yang lahir dari rahim pesantren,” begitulah keyakinan yang saya sampaikan kepada rekan-rekan guru.
Di era digital yang serba instan ini, nilai-nilai kesantrian justru semakin relevan. Kesederhanaan melawan konsumerisme, ketawadhuan melawan kesombongan intelektual, dan kedisiplinan melawan budaya instan. Inilah yang ingin kami tanamkan melalui momentum Hari Santri.

Santri Nusantara: Menghadirkan Pesantren di Ruang Publik
Konsep Santri Nusantara yang digaungkan tahun ini menemukan bentuknya yang nyata di Jombang. Yayasan Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar menjadi episentrum gerakan yang menghidupkan semangat kesantrian secara holistik. Dari RA hingga Ma’had Aly, semua bergerak dalam harmoni yang indah.
Lomba antar-asrama, doa bersama, hingga berbagai kegiatan kreatif bukan sekadar seremonial. Ini adalah cara kami merawat ekosistem pendidikan yang integratif – memadukan ilmu dunia dan akhirat, mengolah nalar dan rasa, membentuk intelektual yang berakhlak.
Puncak acara pada 22 Oktober 2025 di Lapangan Kampus 3 MTsN 4 Jombang akan menjadi momen bersejarah. Ribuan santri, guru, dan pengasuh pondok bersatu dalam satu barisan, mengukuhkan komitmen sebagai santri nusantara yang siap menjayakan negeri.
Jihad Santri Zaman Now
Tema “Jihad Santri Jayakan Negeri” tahun ini sangat kontekstual. Jihad tidak lagi dimaknai secara sempit, melainkan meluas menjadi perjuangan di semua lini kehidupan. Santri masa kini ditantang untuk menjadi ahli teknologi yang berakhlak, entrepreneur yang dermawan, profesional yang amanah, dan akademisi yang rendah hati.
Di MTsN 4 Denanyar, semangat ini kami wujudkan dalam praktik sehari-hari. Guru-guru yang bersarung tetap mengajar dengan metodologi kekinian, memadukan kurikulum nasional dengan nilai-nilai pesantren. Siswa didorong untuk menguasai digital skill tanpa kehilangan jati diri sebagai santri.
Refleksi Akhir: Santri di Hati, Bukan Hanya di Pakaian
Menutup refleksi ini, saya ingin menegaskan bahwa menjadi santri bukanlah soal tempat tinggal di pondok atau rutinitas mengaji. Menjadi santri adalah soal mentalitas dan karakter – tentang bagaimana kita menghadirkan nilai-nilai kesantrian dalam setiap aspek kehidupan.
Sarung dan kopiah yang kami kenakan selama sepekan ini hanyalah simbol luar. Yang lebih penting adalah bagaimana nilai-nilai yang diwakili oleh pakaian itu meresap ke dalam hati dan tindakan sehari-hari. Kesederhanaan dalam gaya hidup, ketawadhuan dalam bersikap, kedisiplinan dalam bekerja, dan keikhlasan dalam beramal.
MTsN 4 Denanyar, melalui momentum Hari Santri Nasional 2025, berkomitmen untuk terus melahirkan generasi santri nusantara – muslim yang moderat, intelek yang berakhlak, dan profesional yang religius. Karena sesungguhnya, santri sejati adalah mereka yang mampu menghadirkan pesantren di manapun mereka berada, melalui akhlak dan kontribusinya bagi negeri.
Mari kita terus jaga api semangat kesantrian ini menyala – bukan hanya di bulan Oktober, tapi sepanjang tahun. Bukan hanya melalui seragam, tapi melalui karya dan pengabdian. Selamat Hari Santri Nasional 2025
0 Comments