Menanam Disiplin dan Cinta Ilmu Lewat Gerbang Pagi Madrasah

by | Oct 8, 2025 | School News | 0 comments

MTsN 4 Denanyar Jombang terus menumbuhkan karakter santri milenial yang berdisiplin dan berakhlak.

Rabu pagi, 8 Oktober 2025 — suasana di gerbang MTsN 4 Denanyar Jombang tampak seperti biasa: hangat, bersahabat, dan penuh energi positif. Sejak pukul 06.15 WIB, Kepala Madrasah Bapak Sulthon Sulaiman bersama para guru sudah bersiap menyambut satu per satu kedatangan peserta didik. Senyum, salam, dan sapa menjadi rutinitas yang sederhana, namun sarat makna.

Tradisi ini bukan sekadar formalitas, tetapi bagian dari pembentukan karakter santri yang berdisiplin, beretika, dan dekat dengan gurunya. Setiap pagi, interaksi langsung antara guru dan siswa menjadi momen penting untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, serta semangat belajar sejak dini.

Namun, pagi ini ada pemandangan yang sedikit berbeda. Empat siswa putra datang terlambat. Mereka tiba pukul 07.00 WIB, padahal bel masuk madrasah sudah berbunyi pada pukul 06.50 WIB. Dua di antaranya bahkan mengeluh sakit kaki hingga datang dengan memakai sandal.

Alih-alih memarahi, Kepala Madrasah dan guru-guru memilih pendekatan dialogis. Sambil berdiskusi ringan, para siswa diberi kesempatan menjelaskan alasannya. Tetapi, setelah mempertimbangkan segalanya, disepakati bahwa pelanggaran tetaplah pelanggaran, dan kedisiplinan tidak boleh dinegosiasikan.

Sebagai bentuk pembinaan, para siswa diberi punishment edukatif berupa menghafal Nadhoman Imrity — salah satu karya klasik penting dalam kajian ilmu nahwu yang sering menjadi hafalan wajib para santri.

Bapak Sulthon Sulaiman menuturkan bahwa pilihan ini bukan untuk memberi hukuman semata, melainkan mengubah kesalahan menjadi momentum pembelajaran.

“Kami ingin anak-anak memahami bahwa setiap pelanggaran harus disikapi dengan tanggung jawab, tapi juga dengan cara yang mendidik dan membangun. Nadzoman Imrity bukan sekadar teks Arab, tapi warisan ilmu yang mengajarkan ketelitian, kesungguhan, dan cinta terhadap ilmu,” ujar beliau.

Hafalan Imrity memang dikenal sarat makna. Setiap baitnya mengandung hikmah tentang pentingnya memahami bahasa Arab, kedisiplinan berpikir, dan keikhlasan menuntut ilmu. Dengan menghafalnya, siswa tidak hanya memperkuat daya ingat, tapi juga menanamkan nilai spiritual yang mendalam.

Tradisi menyambut siswa di gerbang dan mendampingi mereka setiap pagi telah menjadi ciri khas MTsN 4 Denanyar Jombang. Di sanalah terjadi interaksi yang membentuk kedekatan antara guru dan siswa. Dari situ pula tumbuh rasa hormat, tanggung jawab, dan semangat belajar yang tulus.

“Kami ingin madrasah ini bukan hanya tempat belajar akademik, tetapi juga ruang tumbuh bagi karakter santri milenial — yang santun, tangguh, disiplin, tapi juga kreatif dan penuh semangat,” lanjut Bapak Sulthon.

Pagi di MTsN 4 Denanyar Jombang selalu menyimpan cerita — tentang keteladanan, kedisiplinan, dan kasih sayang guru kepada muridnya. Sebuah harmoni yang menghidupkan semangat ta’dzim wal ikhtiram (rasa hormat dan adab) khas dunia pesantren.

Dan dari gerbang itulah, setiap langkah kecil para santri dimulai — menuju hari-hari penuh ilmu, adab, dan doa.

Solomon

Author

Artikel ini telah dibaca:

Written by Sulthon Sulaiman

Related Posts

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *